Pendahuluan
Karya adalah salah satu ciri mendasar yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu menghasilkan karya—baik berupa benda fisik, ide, maupun nilai yang dapat diwariskan. Namun, sering kali karya hanya dipandang dari sisi praktis, tanpa melihat dimensi ontologis (hakikat keberadaannya) dan aksiologis (nilai serta manfaatnya). Buku “Ontologi dan Aksiologi Karya Perspektif Al-Qur’an” karya Hamdan hadir untuk menjembatani pemahaman ini, dengan menawarkan telaah filosofis dan religius tentang karya manusia melalui perspektif wahyu Al-Qur’an.

Dalam tradisi filsafat, ontologi membahas hakikat sesuatu: apa itu karya, bagaimana ia ada, serta apa dasar keberadaannya. Sementara aksiologi berbicara tentang nilai: untuk apa karya itu ada, bagaimana ia dinilai, dan apa kontribusinya terhadap kehidupan manusia. Ketika dua ranah ini dipadukan dengan pandangan Al-Qur’an, kita akan menemukan dimensi yang lebih utuh, yakni bahwa karya bukan sekadar produk kreatif, melainkan bagian dari tanggung jawab spiritual manusia sebagai khalifah di muka bumi.
Artikel ini akan mengupas beberapa gagasan pokok dalam buku tersebut, mulai dari sistem nilai budaya, konsep shana’a dalam Al-Qur’an, hingga hakekat karya dan orientasinya dalam bingkai nilai ilahi.
Sistim Nilai Budaya dan Karya Manusia
Pengertian dan Lingkup Nilai Budaya
Budaya adalah hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dalam konteks karya, budaya menjadi wadah tempat karya lahir dan berkembang. Nilai budaya inilah yang kemudian membentuk orientasi karya manusia, apakah ia diarahkan untuk kemaslahatan atau justru menjauhkan manusia dari fitrah kemanusiaannya.
Buku ini menegaskan bahwa nilai budaya tidak bisa dilepaskan dari norma dan etika yang hidup dalam masyarakat. Dalam Al-Qur’an, karya manusia dinilai bukan hanya dari keindahan atau kehebatannya, tetapi juga dari sejauh mana karya tersebut membawa manfaat, menghindarkan kerusakan, dan mendekatkan manusia kepada Allah.
Karya dan Transformasi Budaya
Karya memiliki daya transformasi: ia mampu mengubah wajah budaya, bahkan peradaban. Contohnya adalah penemuan teknologi yang mengubah cara manusia berinteraksi dengan dunia. Namun, perubahan ini selalu membawa dua sisi: positif dan negatif.
Al-Qur’an menekankan bahwa manusia harus menyadari konsekuensi dari setiap karyanya. Dalam QS. Ar-Rum [30]:41, Allah mengingatkan tentang kerusakan di darat dan laut akibat ulah tangan manusia. Pesan ini relevan untuk mengingatkan bahwa karya tanpa orientasi nilai yang benar dapat merusak, alih-alih membawa maslahat.
Orientasi Nilai Karya dan Implikasinya
Orientasi karya adalah arah atau tujuan yang mendasari aktivitas berkarya. Dalam perspektif Qur’ani, karya hendaknya berorientasi pada kebaikan, kemaslahatan, dan keberlanjutan. Implikasi dari orientasi ini sangat luas: karya bukan hanya tentang keuntungan material, melainkan juga tentang keberkahan dan nilai spiritual.
Shan’a: Pandangan Al-Qur’an tentang Karya Manusia
Term Shana’a dalam Al-Qur’an
Salah satu kontribusi penting buku ini adalah mengupas term shana’a yang muncul dalam Al-Qur’an. Kata ini sering diterjemahkan sebagai “membuat” atau “menghasilkan karya.” Dalam beberapa ayat, shana’a dikaitkan dengan kemampuan manusia untuk mengolah bahan mentah menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Misalnya dalam QS. Al-Mu’minun [23]:14, Allah menggambarkan proses penciptaan manusia sebagai bentuk karya-Nya yang sempurna: “Maka Maha Suci Allah, Pencipta (ahsanal-khaliqin) yang paling baik.” Ayat ini menegaskan bahwa karya manusia hanyalah bayangan kecil dari karya agung Allah sebagai Pencipta.
Shana’a sebagai Representasi Kata Karya
Dalam tafsir linguistik, shana’a tidak hanya berarti membuat sesuatu secara fisik, tetapi juga meliputi aktivitas kreatif yang melahirkan ide, gagasan, atau inovasi. Dengan demikian, karya mencakup segala bentuk aktivitas yang memberi nilai tambah pada kehidupan.
Di sini, buku Hamdan menekankan bahwa karya adalah ekspresi potensi insani yang diberikan Allah. Manusia dituntut untuk memaksimalkan potensi ini, bukan hanya demi kepentingan pribadi, tetapi juga demi masyarakat dan kemanusiaan secara luas.
Potensi Manusia untuk Berkarya
Al-Qur’an berulang kali menegaskan bahwa manusia diberi akal, hati, dan anggota tubuh untuk digunakan dalam berkarya. Potensi ini adalah anugerah sekaligus amanah. Jika digunakan dengan benar, ia akan melahirkan karya yang bermanfaat; jika disalahgunakan, ia bisa melahirkan kerusakan.
Dengan demikian, berkarya adalah bagian dari ibadah, karena ia merupakan bentuk syukur atas potensi yang dianugerahkan Allah.
Nilai Karya dalam Al-Qur’an: Hakekat, Orientasi, dan Mentalitas
Hakekat Karya dalam Al-Qur’an
Hakekat karya dalam perspektif Al-Qur’an bukan sekadar produk material, tetapi juga amal yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. QS. Az-Zalzalah [99]:7-8 menegaskan bahwa sekecil apapun amal (karya) manusia, baik atau buruk, akan mendapat balasannya.
Dengan demikian, karya bukan hanya berdimensi duniawi, tetapi juga ukhrawi. Ia menjadi bekal yang menyertai manusia setelah kematian.
Masalah Orientasi Nilai Karya
Orientasi karya harus ditujukan untuk mencari ridha Allah, bukan sekadar kepentingan duniawi. Dalam konteks ini, buku Hamdan mengingatkan bahwa karya yang hanya mengejar popularitas atau keuntungan sesaat bisa kehilangan nilainya di hadapan Allah.
Namun, bukan berarti karya duniawi tidak bernilai. Justru Al-Qur’an mendorong manusia untuk bekerja, berkarya, dan menghasilkan yang terbaik, selama orientasinya tetap dalam bingkai kebaikan dan kebermanfaatan.
Mentalitas Utama dalam Berkarya
Untuk dapat menghasilkan karya yang bernilai, diperlukan mentalitas tertentu. Buku ini menyoroti tiga di antaranya:
- Ikhlas – berkarya dengan niat yang lurus karena Allah.
- Tanggung jawab – menyadari bahwa karya memiliki dampak sosial dan ekologis.
- Inovatif – mengoptimalkan akal dan kreativitas untuk melahirkan solusi baru.
Mentalitas ini penting agar karya tidak hanya selesai pada bentuk fisik, tetapi juga memberi nilai transenden.
Relevansi Buku dalam Konteks Kekinian
Buku “Ontologi dan Aksiologi Karya Perspektif Al-Qur’an” relevan untuk berbagai kalangan:
- Mahasiswa dan akademisi dapat menggunakannya sebagai rujukan dalam studi filsafat Islam, etika, maupun kajian budaya.
- Praktisi dan profesional dapat menjadikannya inspirasi untuk menata orientasi karya agar tidak hanya berfokus pada profit, tetapi juga manfaat sosial.
- Masyarakat umum dapat memperoleh pemahaman baru bahwa setiap karya, sekecil apapun, bernilai dalam pandangan Allah.
Dalam era modern yang sarat dengan teknologi dan kompetisi global, pesan buku ini menjadi sangat penting: jangan sampai karya manusia hanya melahirkan kemajuan material, tetapi kehilangan nilai spiritual dan kemanusiaannya.
Kesimpulan
Buku “Ontologi dan Aksiologi Karya Perspektif Al-Qur’an” karya Hamdan merupakan kontribusi berharga dalam mengkaji karya manusia dari sudut pandang Islam. Ia tidak hanya menguraikan hakikat karya (ontologi) dan nilainya (aksiologi), tetapi juga menunjukkan bagaimana Al-Qur’an memberi panduan jelas tentang orientasi karya yang benar.
Karya adalah bagian dari ibadah, amanah dari Allah, dan sarana untuk menghadirkan kebaikan. Dengan memahami ini, manusia dapat berkarya bukan sekadar untuk diri sendiri, melainkan untuk kemaslahatan yang lebih luas, sekaligus sebagai bekal menuju kehidupan abadi.
📖 Referensi
Hamdan. Ontologi dan Aksiologi Karya Perspektif Al-Qur’an. Polewali Mandar: CV. Cemerlang Publishing, 2024.
Informasi Pemesanan:
📞 HP: 085145459727
📧 Email: cemerlangpublishing949@gmail.com
🌐 Website: www.cvcemerlangpublishing.com Dapatkan buku ini dan tingkatkan keterampilan membaca Anda hari juga!
Klik Saya Mau Beli
Rekomendasi bagi pendidik modern
Rp150000.00Rp100000.00
- Pendidikan Orang Dewasa: Teori, Praktik, dan Relevansinya di Era ModernPendahuluan Pendidikan tidak hanya dimaknai sebagai proses yang berlangsung di sekolah dan diperuntukkan bagi anak-anak atau remaja. Lebih jauh, pendidikan merupakan proses sepanjang hayat yang mencakup semua kalangan, termasuk orang dewasa. Buku Teori dan Praktik Pendidikan Orang Dewasa karya Sulihin Azis, Nur Hafsah Yunus, Muhammad Ali P., dan Ashabul Kahpi (2025), hadir sebagai kontribusi penting… Baca Selengkapnya: Pendidikan Orang Dewasa: Teori, Praktik, dan Relevansinya di Era Modern
- Biomedik I – Fondasi Ilmu Kesehatan MasyarakatPendahuluan Ilmu biomedik merupakan salah satu pilar utama dalam bidang kesehatan masyarakat dan ilmu kedokteran. Pemahaman yang baik mengenai biomedik tidak hanya penting bagi tenaga medis, tetapi juga bagi tenaga kesehatan masyarakat, karena mampu menjelaskan mekanisme dasar tubuh manusia, fungsi sistem organ, hingga kaitannya dengan penyakit dan upaya pencegahan. Modul Ajar Biomedik I karya Nurul… Baca Selengkapnya: Biomedik I – Fondasi Ilmu Kesehatan Masyarakat
- Pengantar Ilmu PemerintahanMemahami Pilar Peradaban: Esensi dan Dinamika Ilmu Pemerintahan Kehadiran pemerintah dalam kehidupan sehari-hari adalah sebuah keniscayaan. Dari layanan kesehatan dan pendidikan hingga keamanan dan infrastruktur, hampir setiap aspek kehidupan modern tersentuh olehnya. Namun, apa sebenarnya yang melandasi keberadaan dan cara kerja suatu pemerintah? Buku “Pengantar Ilmu Pemerintahan” karya Aco Parawansa, S.IP, M.AP (CV. Cemerlang Publishing, 2025) hadir sebagai sebuah… Baca Selengkapnya: Pengantar Ilmu Pemerintahan
- Sistem Politik Indonesia: Kajian Akademik dan Relevansinya dalam Dinamika DemokrasiPendahuluan Mata kuliah Sistem Politik Indonesia merupakan salah satu pilar penting dalam program studi Ilmu Pemerintahan. Melalui mata kuliah ini, mahasiswa diajak untuk memahami bagaimana politik tidak hanya sebagai fenomena kekuasaan, tetapi juga sebagai sistem yang mengatur hubungan antara negara dan masyarakat. Sistem politik di Indonesia sendiri memiliki karakteristik yang unik karena dipengaruhi oleh sejarah,… Baca Selengkapnya: Sistem Politik Indonesia: Kajian Akademik dan Relevansinya dalam Dinamika Demokrasi
- Bahasa Indonesia Berbasis Multimedia Interaktif: Inovasi dalam Pembelajaran Bahasa di Era DigitalPendahuluan Perkembangan teknologi digital telah membawa dampak signifikan dalam dunia pendidikan, termasuk dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Bila sebelumnya pengajaran bahasa lebih banyak mengandalkan buku teks dan metode konvensional, kini hadir berbagai inovasi berbasis multimedia interaktif yang memungkinkan siswa belajar secara lebih dinamis, kreatif, dan menyenangkan. Buku Bahasa Indonesia Berbasis Multimedia Interaktif (Ratnawati, Musdikawati, Darmawati, Irdarika,… Baca Selengkapnya: Bahasa Indonesia Berbasis Multimedia Interaktif: Inovasi dalam Pembelajaran Bahasa di Era Digital